Jakarta - Dewasa ini, sepertinya cukup banyak orang tua yang merasa tak cukup cakap untuk mengajarkan anak-anaknya berinternet. Akhirnya, sang buah hati yang belum cukup umur itu dibiarkan sendiri masuk ke dunia maya.
Di internet, pastinya banyak hal yang bisa ditemui. Sayangnya, tak semua yang tersaji hal-hal positif. Banyak pula konten negatif dan ancaman yang siap mengintai, seperti konten porno, serbuan program jahat, tindakan pencurian informasi (phishing), dan predator online.
Artinya, internet bukanlah wilayah steril untuk melepas anak-anak begitu saja. Perlu adanya peran aktif orangtua untuk memberi bekal kepada anak-anak dalam berinternet. Termasuk bagi orangtua yang gagap teknologi (gaptek)!
Effendi Ibrahim, Norton Internet Safety Advocate & Consumer Business Lead Asia, Symantec mengakui, banyak anak-anak jaman sekarang yang sudah lebih canggih dalam hal kemampuan mengadopsi teknologi dibandingkan orangtuanya.
Fenomena ini sayangnya kerap membuat para orangtua minder, dan ujung-ujungnya tak mau tahu dengan apa yang dilakukan anak-anaknya kala berinternet. Padahal seharusnya jangan seperti itu, tetap harus ada komunikasi antara orangtua dan anak-anak.
"Seperti ketika mereka mengajari anak-anaknya tentang cara berpakaian yang baik dan benar, apakah para ibu juga mengerti tentang fashion terkini? Begitu juga dengan internet, orangtua tak harus menjadi seorang ahli, namun bisa memberikan etika-etika dasar untuk membekali anak-anaknya tentang mana yang baik dan buruk," jelas Effendi.
Keberadaan teknologi filtering, dalam hal ini software keamanan juga bukan berarti membuat pekerjaan rumah para orangtua selesai untuk mendidik anak-anak tentang cara berinternet sehat.
"Teknologi bisa membantu tapi ada batasannya. Perlu juga diterapkan nilai-nilai moral dan agama bagi anak-anak sejak dini yang dimulai dari lingkungan keluarga. Selain itu, jangan biarkan mereka menjadi ketergantungan, gadget dan internet bukan baby sitter," Effendi menambahkan.
Setali tiga uang dengan Effendi, Wakil Ketua Indonesia Security Incident Response Team On Internet Infrastructure (ID-SIRTII), M. Salahuddien pun menyuarakan pendapat senada.
Menurut pria yang biasa disapa Didin Pataka itu, orangtua harus menciptakan lingkungan yang kondusif ketika anak-anak belajar menggunakan gadget dan internet.
"Berikan apa yang mereka butuhkan (needs), bukan yang diinginkan (wants). Jika mau berinteraksi di media sosial juga ada batasnya. Dari situ diharapkan bisa menimbulkan self control," lanjutnya.
Selain itu yang harus dipegang, jangan sampai kekhawatiran orangtua yang terlalu besar membuat mereka menutup diri akan kemajuan teknologi terhadap sang buah hati.
"Namun cobalah diperkenalkan secara baik-baik dan dimulai dari orangtua. Hal ini lebih baik jika anak-anak lebih dulu mengenal internet ketimbang dari orang luar," Didin menandaskan.
( ash / fyk )
- Judul : Internet Bukan Baby Sitter
- Penulis : Unknown
- Kategori : Techno
-
Rating : 100% based on 10 ratings. 5 user reviews.
Item Reviewed: Internet Bukan Baby Sitter
9 out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.
0 komentar
Berkomentarlah dengan Bahasa yang Relevan dan Sopan.. #ThinkHIGH! ^_^